Search Engine Submission - AddMe

Pertahankan Masyarakat Multikultural!

PANGKALPINANG - Sosiolog Universitas Bangka Belitung (UBB), Aimie Sulaiman MA, mengemukakan pemerintah daerah (Pemda) harus mempertahankan struktur masyarakat multikultural di daerah itu untuk mengangkat nilai-nilai budaya yang mulai diabaikan masyarakat.

"Struktur masyarakat multikultural merupakan salah satu kekayaan bagi Provinsi Babel yang harus tetap dipertahankan, karena akan mampu membawa daerah ini menuju peradaban masa depan yang penuh toleransi dan kedamaian," ujarnya di Pangkalpinang, Sabtu.

Ia mengatakan, saat ini struktur masyarakat di tujuh kabupaten dan kota, yakni Kabupaten Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan, Belitung, Belitung Timur dan Kota Pangkalpinang mulai berubah dari masyarakat multikultural menjadi masyarakat individualisme karena pengaruh budaya asing yang terus menggerogotinya.

"Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi informasi tidak bisa kita hindari, sehingga masyarakat bisa melihat kondisi budaya luar yang individualisme dan kemudian diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari," ujarnya.

Provinsi Babel memiliki luas wilayah secara keseluruhan 81.725,14 km persegi dengan luas daratan 16.424,14 KM persegi atau 20,10 persen dan luas lautan 70,90 persen.
Dari jumlah penduduk yang ada, sekitar 65 persen dihuni suku Melayu dari berbagai etnik yaitu Jawa, Sumatera, Bali, Flores, Padang, Buton, Batak dan etnik lainnya, sementara 35 persen lagi suku Tionghoa.

Kedua suku mayoritas yaitu Melayu dan Tionghoa hidup berdampingan secara harmonis dan toleransi ditandai tinggginya tingkat pembauran melalui perkawinan dan juga sosialisasi dalam kehidupan sosial atas prinsif  sederajat, saling menghargai dan toleran, demikian juga tempat-tempat ibadah lokasinya saling berdekatan.

"Provinsi Babel merupakan miniatur dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), karena hampir seluruh kebudayaan masyarakat ada di provinsi ini dan ini merupakan modal sosial yang harus kita pertahankan," ujarnya.

Ia mengatakan, masyarakat multikultural dalam perkembangannya tidak menutup kemungkinan akan terjadi konflik antarsuku, karena munculnya sikap promordialisme atau klaim atas nama suku dan daerah asalnya.

"Masyarakat multikultural dan multietnis harus bisa saling berinteraksi satu sama lain untuk membangun daerah ini secara bersama-sama," ujarnya.

Menurut dia, sikap primordialisme ini akan muncul pada kondisi tertentu, seperti menjelang pemilihan umum (Pemilu) eksekutif dan legislatif di pusat hingga daerah, karena suku tertentu berkeinginan untuk memenangkan salah satu calon yang barasal dari golongan mereka.

"Pada kondisi seperti ini rentan terjadi konflik atarsuku, karena sama-sama menginginkan pasangan dari golongan mereka menjadi pemenang dalam pemilihan tersebut," ujarnya.
Ia mengatakan, konflik antarwarga yang terjadi akhir-akhir ini di Provinsi Babel disebabkan banyaknya masyarakat pendatang di daerah itu.

Namun, kata dia, tidak semua konflik di masyarakat akan berdampak negatif dalam kehidupan mereka sehari-hari, asalkan pemerintah daerah setempat dan ’stake holder’ lainnya segera menyelesaikan konflik tersebut.

"Dari konflik ini masyarakat bisa saling kenal dan muncul ikatan persatuan antarmasyarakat yang konflik tersebut yang pada akhirnya akan menciptakan suasana kehidupan baru," ujarnya.  


Sumber: kompas.com
subscribe

Subscribe

Monitor continues to update the latest from This blog directly in your email!

oketrik

0 comments to Pertahankan Masyarakat Multikultural! :

Posting Komentar

 
Kolong Hijau Design by Trick and Tips Powered by Blogger